Sebuah Perjalanan “Tegal Punya Cerita”

Pada sebuah perjalanan menuju Kota Tegal dalam rangka menghadiri undangan perayaan Tri Suci Waisak 2561 BE/ 2017 sekaligus refreshing dari penatnya himpitan skripsi. Banyak cerita lucu yang dialami oleh dua anak manusia ini, sebut saja namanya “Nuri” dan “Pipit” wkwkwkwk keduanya aku namakan menggunakan nama-nama burung karena keduanya memiliki postur tubuh yang kecil namun gesit oleh karena itulah aku sebut “Nuri dan Pipit”.

Setelah cetak tiket dan chek in si petugas tiket memberi informasi kepada si Nuri dan Pipit bahwa gerbong keretanya ada di paling belakang, setelah diberi tahu bukannya langsung masuk ke gerbong kereta, akan tetapi dengan sedikit bingung malah duduk di kursi tunggu. Setelah duduk kurang lebih sekitar 30 menit mereka merasa janggal dan salah satu dari mereka langsung mencari dan bertanya kepada salah satu petugas stasiun “permisi pak kereta XXX yang akan menuju ke Tegal yang ini ya pak”, kemudian petugas tersebut menjawab “benar mbak”. Setelah itu si anak tadi langsung memberi tahu temannya dan mereka segera bergegas masuk ke dalam kereta. 

*Senja dan Malam dalam Gerbong Kereta*

Dalam gerbong kereta si Nuri dan Pipit masih linglung memikirkan apa jadinya kalau mereka berdua tidak segera masuk, pastilah mereka berdua akan ketinggalan kereta yang jelas-jelas sudah berada di depan mata, setelah mereka tersadar dan keluar dari lilitan pikiran masing-masing, keduanya saling memandang dan tertawa cekikikan sambil membayangkan kejadian yang telah mereka alami beberapa menit yang lalu.

Senja dan malam itu pun mereka habiskan di dalam kereta. Melihat banyaknya penumpang di dalam kereta dengan beraneka ragam rupa, sikap dan sifat, membuat mereka kembali larut dalam pikiran mereka masing-masing. Sepanjang perjalanan mereka tertidur hingga tengah malam ada dua orang penumpang perempuan yang duduk tepat di depan mereka, dengan mengabaikan sikap toleransi terhadap para penumpang yang sedang beristirahat, si dua perempuan tersebut dengan tanpa rasa peduli tertawa-tertawa keras, serta tidak ada rasa sopan santunnya sama sekali. Melihat perempuan tersebut Nuri dan Pipit hanya diam dan merasa tak nyaman, iya mereka hanya memilih diam meskipun tak nyaman, mungkin ini adalah efek dari tema Waisak Tahun ini juga karena Sangha Theravada Indonesia mengusung tema Waisak yaitu “Cinta Kasih Penjaga Ke-Bhinekaan” sebuah tema yang luar biasa bagi saya pribadi dan bagi yang lainnya juga. Setelah kedatangan dua perempuan tadi Nuri dan Pipit terjaga sepanjang malam. Selain karena dua perempuan tadi Nuri dan Pipit juga takut jika stasiun yang mereka tuju akan terlewat karena mereka keenakan tidur. Pukul 04.50 tgl 13 Mei 2017 sampailah mereka di Stasiun Tegal. Cerita konyol mereka tidak hanya berhenti di situ saja, namun setelah sampai di Stasiun Kota Tegal Nuri dan Pipit keliling-keliling mencari pintu keluar stasiun lumayan lama dan membuat mereka bingung karena jalan untuk menuju pintu keluar tersebut tertutup oleh deretan gerbong-gerbong kereta api, hingga akhirnya mereka bertanya kepada petugas yang ada, setelah ditunjukkan dan berjalan ke arah yang ditunjukkan oleh petugas tadi, tanpa ditanya dan diminta bantuan petugas yang lain pun turut menunjukkan jalannya. Dan akhirnya Nuri dan Pipit menemukan pintu keluar tersebut. Suatu hal yang sangat mudah untuk dicari namun karena tidak terbiasa menjadi suatu hal yang sangat-sangat membingungkan.

*Perayaan Tri Suci Waisak*

Panitia Waisak Meditation Center Kota Tegal menggelar Perayaan tersebut di Sebuah Mall yang ada di Kota Tegal. Suatu acara yang sangat luar biasa yang sangat sesuai dengan tema Waisak tahun ini yaitu “Cinta Kasih Penjaga Ke-Bhinekaan”, dalam acara tersebut panitia perayaan Waisak Kota Tegal mengundang para tokoh-tokoh agama, dan para petinggi daerah, Bapak Andrie Wongso Motivator No.1 Indonesia, serta tamu-tamu kehormatan lainnya. Dalam acara tersebut para penari dan penyanyi mempersembahkan berbagai macam tarian dan lagu, baik lagu-lagu Buddhis maupun lagu-lagu daerah yang berasal dari berbagai pulau di Indonesia, serta ucapan selamat Tri Suci Waisak dari para tokoh agama kepada umat Buddha. Tentu hal tersebut memberikan suatu warna yang indah di tengah-tengah keberbedaan. Suatu perbedaan akan menjadi indah apabila setiap orang mempunyai rasa cinta kasih yang tulus sehingga akan menciptakan toleransi serta kerukunan dan keindahan pada setiap orang.

#Tegal, 14 Mei 2017 bersama cuaca terik khas Tegal#

Tinggalkan komentar